Selasa, 22 Maret 2011

KESENIAN DI MATA PEMERINTAH?

Oleh: John Heryanto

Sampai saat ini kesenian di mata pemerintah masih di pandang sebagai priwisata yang sama halnya dengan monyet atau maung yang di penjarakan di kebun binatang dan kelaparan pula  tapi di paksa harus menghasilkan tiket pamasukan sementara para pengelolanya gemuk-gemuk bahkan punya mobil dan rumah mewah pula dan sama halnya dengan objek-objek wisata lainnya yang harus menghasilkan devisa untuk negara. begitu pula dengan kesenian ia sudah dari dulu di padang sebagai bisnis pariwisata yang dikelola pula oleh diparbudpora yang hanya berpungsi sebagai penyimpanan data-data komunitas kesenian yang hamir seluruhnya piktip dan tahu-tahu anggaran kebudayaan hilang begitu saja setiap tutup buku,entah siapa yang menerimanya dan ternyata hampir di setiap intansi dana untuk ATK  sampai 16 juta bahkan lebih,maklum jaman sekarng BBM naik beli pulpenya 10ribu dengan merk termahal dan bagus sisanya ongkos naik angkot.

Padahal sudah jelas bahwa Pemerintah/Pemda berkewajiban mempasilitasi kegiatan-kegiatan kebudayaan baik berupa aturan-aturan yang mendukung maupun pasilitas untuk kegiatan kebudayaan.  sampai saat ini baru hanya ada UU Cagar Budaya,UU Perpustakaan,UU Kepariwisataan dan UU tentang bendera,bahasa,lambang negara dan lagu kebangsaan. dan tentunya UU di atas sengaja di buat untuk dilanggar yang sebelumnya pula danaya sudah banyak digunakan sebagai uang lelah  untuk bikin UU dan ketika UU itu jadi dananya yang sudah dianggarkan pula selau hilang juga dengan tiba-tiba sehingga cara menjalankan UU tersebut dengan menelantarkan  seperti halnya yang terjadi pada Musium Adam Malik yang ditutup dan seluruh koleksi buku-bukunya di jual ke loak dengan harga 5ribu/kg mungkin upaya itu pula yang sedang dijalankan pemerintah DKI terhadap Pusat Dokumntasai HB.Jassin agar cepat-cepat di tutup dan seluruh koleksi buku-bukunya di jual ke loak atau ke tukang gorengan sebagai bungkus bala-bala..

sedangkan untuk masalah kesenian sampai saat ini RUU tentang kebudayaan yang sedang di bahas DPR RI belur kelar-kelar juga yang katanya sedang kami upayakan...

tapi,begitulah cara pemerintah dalam menangani kebudayaan dengan cara menelantarkan dan memiskinkan dengan sengaja karena hanya itulah strategi yang di kuasai pemerintah

Sabtu, 19 Maret 2011

...dan catatan harian dari latihan rutin Laskar Panggung

Laskar Panggung adalah sebuah rumah,sebuah labolatorium yang dilahirkan semata-mata untuk pengembangan teater pada khususnya atau lebih tepatnya serupa bengkel tempat memperbaiki dan memperbaharui mesin seumpama padi yang memberi manpaat pada semua.begitulah kata kang Yusef

Belajar di Laskar Panggung adalah belajar lewat praktek (100%praktek)seperti di sebuah bengkel motor atau mobil dan tidaklah seperti di sekolahan yang pada umumnya 60%nya adalah teori.sebab sesungguhnya teori itu pun lahir dari praktek dan bila prakteknya benar maka teorinya pun akan benar.

seseorang pertama-tama akan diajari bagaimana cara memasang gusi , dan kalu mengenai gusi sudah pasih dan benar maka akan dilanjut dengan mesin dan seterusnya dan seterusnya. seperti itulah kiranya gambaran sebuah  latihan rutin yang berlangsung selama ini dan dari praktek itu pula seseorang akan memahami apa yang di maksud realis,absur dll dengan cara ungkapnya masing-masing tetapi semuanya akan memiliki benang merah yang sama karena dari praktek yang sama pula.

Laskar panggung sangatlah terbuka dan memberi kebebasan yang seluas-luasnya pada siapapun baik yang lama maupun yang baru untuk mengembangkan gagasan dan kreatifitasnya.ungkap kang dedi di sela-sela latihan.
dan untuk menambah wawasan di markas laskar panggung juga terdapat perpustakaan kecil yang di dalamnya cukup banyak buku-buku tentang teater selain buku-buku novel,cerpen,puisi dll yang bisa di baca kapan saja atau di sela-sela latihan sampai muntah sekalipun tak apa-apa...hehe, sehingga dengan demikian adanya keseimbangan antara praktek dan teori.(John Heryanto)

Senin, 14 Maret 2011

cerpen AKU & IBU

 oleh john heryanto

tak usah kau ragu lepaskan aku dari dekapanmu sebab aku tak lagi butuh air susu apa lagi peluk dan ciummu" ucap ku pada ibu berkali-kali, tapi ibu tak mengerti ia hanya tahu bahwa kini bayinya telah lahir dengan selamat dan sekarang telah menjerit menagih susu. lalu dipeluknya aku erat-erat dan ditatapnya dalam-dalam dengan mata yang berkaca serupa es balok yang perlahan meleleh membasahi pipinya yang lesung.

 "ia  pasti benci dan menyesal karena telah melahirkan anak laki-laki yang kelak bila besar nanti pasti akan seperti ayahnya yang selalu menyiksa dan memperlakukan istri selayaknya babu" bisiku dalam hati. bahkan bisikan itu semakin kuat saja ketika ibu terus saja menangis menatapku, seolah-olah ia memohon ijin agar aku rela santapnya sebagai hidangan malam. Mungkin di mata ibu aku serupa udang rebus yang enak bila dihidangkan dengan caos dan lalab di atas piring.

aku masih ingat bagaimana aku dilahirkan saat hujan malam hari di sebuah rumah yang kecil ukuran 3x6 dengan genting yang bocor, dan rumah itu terletak di pinggiran kota dan  di ujung gang yang sempit serta pengap, dekat sungai yang kotor dan bau limbah pabrik pula.
sementara di luar jendela hujan semakin deras saja, bahkan batang-batang hujan itu telas menyusup ke dalam rumah dengan bebas lewat genting-genting yang bocor dan perlahan butir-butir hujan itu menusuk ke dalam sumsum tulang punggung ibu hingga ibu pun meronta dan menjerit sejadi-jadinya. begitu juga aku yang di dalam perut  telah meronta dan menendang kelamin ibu keras-kerasnya. tapi ibu,terus saja meronta sekuat tenaga dengan nafas yang ter engah - engah dan jari-jarinya mencengkram kasur kuat-kuat seperti menahan sakit yang teramat dan mungkin seperti itulah sakitnya ibu saat diperkosa ayah ketika perawan.
 kini aku pun telah lahir tanpa bidan dan paraji,telah dua jam pula mengenal rumah ibu. rumah yang kini lantainya becek sebab hujan dan tak ada perabot apa pun kecuali kasur butut,kompor serta gelas dan piring lima biji.

ibuku masih saja menangis menatapku, tapi aku pun tak mau kalah dengan tangisan ibu, maka aku pun menangis dan menjerit sekeras-kerasnya. Mendengar tangisanku  tiba-tiba saja ibu menbuka kancing dasternya dan memaksaku untuk  menghisapa puting ibu. tapi aku tak mau, sebab itu bukanlah kebiasaan ku tapi itu kebiasaan ayah yang selalu  menindih dan menghisap puting ibu sambil memaki-maki sepulang judi atau mabuk-mabukan bahkan sehabis kencan dengan pelacur lalu sisanya dilampiaskan pada ibu.

diam-diam sambil memeluku ibu menulis surat untuk ayah katanya:

"aku muak,anjing! kita sama tahu-tahu bahwa kita memang bajingan dan kau lebih dari itu, selamat tinggal bangsat! bajingan, tai!"
 
seperi itulah kiranya yang sempat aku baca di surat ibu kepada ayah.
kini aku pun tahu bahwa ayah memang bajingan dan lebih bajingan dari pada ibu yang selalu di bilang jalang sama ayah. dan mereka telah sama-sama muak dan saling membenci dan mungkin karena rasa benci itu pula yang menyebabkan ibu dan ayah bersama hingga lahirlah aku.
setelah menulis surat itu tiba-tiba saja ibu mengajaku ke jendela dan di tatapnya air sungai yang deras dan keruh dan dengan tiba-tiba pula ibuku melompat dan terjun kedalam sungai bersamaku. kini ikan-ikan di dalam sungai benar-benar terkejut dan tidak tahu  siapa diri kami yang sebenarnya bahkan ibu dan aku pun tak tahu  dan rumah itu, rumah ibuku yang kini telah kosong dan mungkin sebentar lagi ayah akan  pulang tapi kau tidak pulang-pulang?
kami pun kini tak lagi tahu kemana kami akan hanyut namun yang jelas dada kami sudah pengap penuh dengan air dan mata kami telah mulai gelap...

Sabtu, 19 Februari 2011

Hi....! (performance john heryanto 2009)










foto TUBUH PAKU ( ferporment art john heryanto sambut hari teater di tasik)





tubuh paku hanyalah sebuah usaha untuk membebaskan dari segala apa yang mengikat ...ia hanya ingin bebas dalam dunianya dalam dunia yang kapan pun ia mau untuk melakukan pemakuan....( sebuah performent art dari jam 1 siang sampai 5 sore pada peringatan hari teater seduania di tasik tahun 2010)

Jumat, 05 November 2010

ROLLING STONES LASKAR PANGGUNG(catatan kecil dari Wak menunju Tu)

oleh John Heryanto pada 15 Juni 2010 jam 11:50
Bermain teater memang sebuah permainan yang sangat mengasikan tak semata-mata bermain saja tapi perlu kesungguhan dan keseriusan meskipun tidak sungguhan, maka disini semuanya dituntut untuk menyatukan antara permainan tubuh,pikiran dan perasaan, cape bukan? ya, itulah kenikmatannya.Apalagi teater merupakan sebuh kerjasama team yang tentu saja tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri dan disinilah pentingnya sebuah kejasama team yang solod dan saling menjaga kebersamaan itu utuk selamanya harmonis.

"dalam suka
dalam duka
senatisa kita bersama

kala lara
kala canda
senantiasa kita berkarya"
(syair lagu laskar panggung,karya: Yusef Muldiyana)

Syair di atas sangatlah gamblang bagaimana membangun sebuah kebersamaan itu dengan bersama-sama menjalani suka atau pun duka, seterti tubuh kita bila salah satu unsur tubuh kita ada yang sakit maka semua organ tubuh yang lainnya akan merasakan sakit juga.karena kita satu tubuh satu raga. dan utuk menyatukan itu semua tentu harus dibangun dari rasa yang sama dan dari cita-cita yang yasa yaitu laskar panggung.dada kita adalah dada laskar panggung ,hati kita adalah hati laskar panggung dan cita-cita kita adalah cita - cita laskar panggung.

sebagai mana yang dikatakan kang Yusef bahwa laskar pangggung adalah sebuah rumah dan labolatorium bersama. maka sebagai pengguni( anggota laskar panggung) tentu mengharapkan rumah kita itu bersih rapih dan indah dan tentu saja hal itu adalah tugas kita(anggota)sebagi pengghuni rumah.

bila kerjasama dalam berperoses sudah terwujud maka akan tetjadilah seperti syair lagu dibawah ini:

laskar panggung terus manggung
dari panggung ke panggung

setiap waktu selaru bersatu
menuju sesuatu
( Yusef Muldiyana)

dan ternyata sungguh nikmat menjalani segalanya sacara bersama dan kebersaman itulah menjadi sebuah kekuatan seperti hal nya sapu lidi. memang bila lidi itu hanya satu biji saja tetulah tak ada artinya dan sangat mudah untuk dipatahkan dan tak isa digunakan untuk sesuatu tapi bila lidi -lidi yang kecil itu disatukan menjadi satu ikatan maka seberapa bala dan luasnya halaman rumah tentu akan dengan mudah disapu dan tentu lidi yang bersatu dalam satu ikatan tak mudah utuk dipatahkan bahkan sangat sulit. semuanya akan saling memiliki, saling melengkapi, saling memotivasi, saling menjaga dan saling merasakan. dan itu sudah terasa ketika pada peroses garapan wak menuju tu. disini kita semua bersama-sama.
saya salut dan hormat pada kang Yusef,om kato dan bang keling yang setiap hari rela meninggalkan anak dan istrinya di rumah untuk berteater dan melatih kami. terimakasih, i love u full.
saya juga salut dan hormat pada cheqil meskipun sudah tabrakan dan kakinya luka , ia masih bisa berlatih dan bermain bersama, walaupun berjalan harus dipapah dan menggunakan tongkat.
saya juga salut kapad kireina yang bila setiap berlatih teater harus rela berbohong pada orang tuanya karena dilarang ikutan teater dan harus pura-pura kalau di kampus ada praktek di rumah sakit,padal utuk berlatih dan bermain bersama disini,sampai ketika ia tabrakan pun dijalan ketika sehabis latihan orang tuanya pun masih tak tahu kalau akannya habis latihan, ibunya mengira anaknya kelelahan habis peraktik di rumah sakit.
saya juga salut pada semua kawan-kawan yang udah menghabiskan waktunya dalam berperoses dan inilah yang dinamakan indahnya kebersamaan, tak peduli rintangan apapaun yang terpenting kita semua bisa bersama dalam berperoses di laskar panggung. dan inilah arti sesungguhnya wak menuju tu yang sebenarnya.dan sungguh sangat nikmat menjalani semuanya dengan tulus hingga laskar panggung menjadi sebuah rumah yang sakinah mawadah dan warohmah dan siapa pun yang singgah di sini ( laskar panggung) akan merasakan bagaimana sorga itu ada. 
 
Sumber  http://laskarpanggungteater.blogspot.com/2010/10/rolling-stones-laskar-panggungcatatan.html